Sifat Akhlaqul Mazmumah


Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat di golongkan menjadi dua macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan perilaku tercela yang berdampak buruk bagi orang lain. Begitu banyaknya macam-macam akhlak tercela yang terdapat dalam hati manusia. Akan tetapi, penulis hanya mengurai beberapa contoh akhlak tercela, yaitu takabur, putus asa, berlebih-lebihan, dusta dan iri/dengki.
1.    Takabbur
Takabbur adalah sikap perilaku membesarkan diri dan tidak menerima kebenaran serta memandang kecil atau rendah terhadap orang lain. Dalam bahasa Indonesia perkataan takabur sama dengan sombong. Sikap/perilaku takabur termasuk akhlak tercela dan wajib dijauhi oleh setiap muslim muslimah. Sebagaimana Allah berfirman:

مما لا شك فيه أن الله يعلم ما يسرون وما يعلنون. حقا إن الله لا يحب المستكبرين

Artinya : “Tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang takabbur (sombong). (QS. An-Nahl:23)
Sifat sombong dibagi menjadi kesombongan batin dan kesombongan zhahir. Kesombongan batin adalah kesombongan yang terdapat dalam jiwa (hati), sedangkan kesombongan zahir adalah kesombongan yang dilakukan anggota zahir, karena tingkah laku seseorang merupakan akibat dari apa yang terjadi di hatinya. Kesombongan batin akan memaksa anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang bersifat sombong, maka apabila hanya menyimpan di dalam hati tanpa ada tindakan disebut dengan kibr (sifat sombong).
Kesombongan berbeda dengan ujub. Karena ujub tidak memerlukan orang lain yang dijadikan bandingannya. Seperti seseorang yang ujub dengan ibadah shalat tahajudnya, maka ia tidak perlu melihat ibadah tahajud orang lain, cukup baginya mengatakan, “Saya seorang ahli ibadah karena selalu melakukan ibadah tajajud.” Maka ia telah melakukan ujub. Sedangkan kesombongan, orang yang sombong memerlukan orang lain untuk membandingkan dengannya. Semakin tinggi kesombongannya, maka ia tidak ingin ada orang yang menandinginya dan ingin selalu berada di atas yang lain.
Orang yang memiliki sifat sombong tidak menyadari bahaya yang dapat di timbulkan dari sifat ini. Rasulullah bersabda :

لن يدخل الجنة (السعادة) من الناس الذين في قلوبهم الكبرياء حتى عن النمل

Artinya : “Tidak akan masuk surga (memperoleh kebahagiaan) orang yang di dalam hatinya ada kesombongan walaupun sebesar semut”. (HR. Muslim)



2.    Putus asa
Semua umat manusia pasti merasakan putus asa. Dan umat itu pastilah menjadi lemah dan lenyap kekuatannya karena putus asa merupakan penyakit atau racun yang benar-banar membahayakan bagi setiap pribadi manusia.
Bukan sembarangan jika Allah SWT. dalam salah satu firman-Nya, mempersamakan antara sifat putus asa itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya tiada lain hanyalah karena bencana yang ditimbulkan oleh kedua macam sifat itu sama-sama besar dan dahsyat. Firman Allah dalam Al-Qur’an.

لا لكم جميعا اليأس من رحمة الله ، لا أحد يحب عدم اليأس من رحمة الله ، ولكن بين هؤلاء الكفار

Artinya: “janganlah kamu semua berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak tidak ada yang suka berputus asa dari rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS. Yusuf:87)
Putus asa memiliki kaitan dengan ujub. Ibnu Mas'ud ra. berkata: "Kebinasaan ada dalam dua hal, putus asa dan ujub”. Ibnu Mas'ud ra menyebutkan kedua hal tersebut karena kabahagiaan tidak bisa dicapai kecuali dengan usaha, pencarian, keseriusan, dan perjuangan, sedangkan orang yang putus asa tidak mau berusaha dan tidak mau pula mencari, sementara orang yang 'ujub beranggapan bahwa ia bisa mencapai kebahagiaan dan menggapai tujuannya sehingga ia tidak mau berusaha, karenaapa yang sudah ada tidak perlu dicari dan apa yang mustahil juga tidak perlu dicari.

3.    Berlebih-lebihan
Berlebih-lebihan adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang menimbulkan kemudharatan baik langsung ataupun tidak kepada manusia dan alam sekitarnya. Pada dasarnya sikap berlebih-lebihan akibat dari sikap manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sekecil apa pun perbuatan manusia berlebih-lebihan akan memberi dampak negatif bagi manusia dan alam sekitarnya seperti kerusakan moral, harta benda dan kerusakan alam.
Sikap berlebih-lebihan sangat dibenci Allah, sebagaimana dalam firmannya :

ولا أبالغ ، إن الله لا يحب الذين مبالغ فيه

Artinya: “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am:141).

Allah juga menegaskan dalam ayat lain, yakni :

ويعطي لأقارب حقوقهم (وإلى) الشعب المسلم والشعب في العبور ، والإسراف لا يكون. أولئك الذين كانوا التبذير
الشيطان شقيق ، والشيطان كفروا بربهم جدا

Artinya: “Dan berilah kepada kerabat-kerabat akan haknya (juga kepada) orang muslim dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah engkau boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra’: 26-27).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari sikap berlebih-lebihan antara lain sebagai berikut:
a. Senantisa bersyukur kepada Allah SWT.
b. Mengatur anggaran keuangan denga menabung.
c. Senantiasa berhemat dan membelanjakan harta seperlunya.
d. Melakukan sesuatu sesuai ukurannya.

4.    Dusta
Dalam Alquran kalau kita perhatikan kalimat al-kadzibu, maka kita temukan dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan wazannya, seperti Kaadzibu, Kadzaab, Al-Mukadzibuun, Al-Mukadzibiin, Kadzaaba, Kadzaabat, Makdzuub, Takdziib, Kdazzabuu. Ini semua sesuai dengan ayat dan bentuknya.
Kebohongan atau sifat dusta adalah suatu sifat yang timbul dari sebab beberapa faktor yang ada, antara lain:
-    Lemah jiwa dan mentalnya.
-    Kegoncangan jiwa.
-    Senang dengan perhatian manusia atau pandangan manusia.
-    Suka bergurau atau bercanda yang berlebihan.
-    Rasa dengki dan iri yang ada.
-    Lingkungan yang buruk dan berpengaruh padanya.
Dalam Riyadhus Sholihin, Imam Nawawi membawakan dalil dari Ummu Kultsum, dari Nabi saw. Bersabda.

 هو لا يقول الذي يدور بين الشخص البشري ، وقال أيضا في كلا الجانبين

Artinya : "Tidaklah dikatakan Al-Kadzibu orang yang mengishlah antara manusia, dan dia berkata baik pada kedua belah pihak." Hadis Bukhari Muslim.
Dalam riwayat Muslim berkata, Ummu kultsum diberi keringanan tentang apa yang diucapkan manusia dalam tiga hal, yaitu dalam perang, ishlah antara manusia, dan ucapan seorang suami pada istrinya, dan istri pada suaminya."

5.    Iri Hati atau Dengki
Syeikh Abu Hamid Al-Ghazali berkata: “Ketahuilah bahwa tidak ada kedengkian (hasad), kecuali terhadap kenikmatan, jika Allah memberi nikmat kepada saudaramu, maka ada dua hal yang ada pada dirimu. Pertama, benci kepada seseorang yang memperoleh nikmat, dan berharap agar nikmat itu lenyap dari padanya. Keadaan ini disebut dengki. Batasan dengki adalah benci terhadap nikmat, dan ingin melenyapkan dari orang yang mendapat karunia. Kedua, ia sendiri mengharapkan agar mendapat nikmat itu tanpa berusaha melenyapkan nikmat yang dimiliki orang lain.
Sifat pertama di atas adalah haram hukumnya dalam segala hal. Betapa ganasnya penyakit nafsiyah ini menyerang manusia, bisa kita lihat dalam berbagai hadits Rasulullah SAW. Di antaranya :


أكلت الخير من الحسد والنار التي التهمت الحطب

Artinya : “Hasud itu memakan kebaikan sebagaimana api yang melalap kayu bakar”. (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah, dan Ibnu Majah dari Abbas)

هل الحسد بعضها البعض ، لا فصل من كل الأخوة الآخرين ، لا يكرهون بعضهم بعضا ، ولا تحول الى بعضها البعض ، ويكون خادما لله وأخيك

Artinya : “Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling memutuskan hubungan persaudaraan, jangan saling membenci, jangan pula saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba Allah sebagai saudara”.(HR. Bukhari Muslim)
Orang yang memiliki sifat dengki juga bisa dilihat jika ia merasa bahagia ketika orang lain mendapatkan suatu bencana atau musibah. Kegembiraan yang demikian itu dinamakan Syamatah, yatu bahagia yang timbulnya sebab mendengar atau melihat adanya kesusahan, kemelaratan, kecelakaan yang menimpa orang yang dianggap saingan atau lawan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an

اذا كان لديك مصلحة ما ، هم يحزنون. ولكن اذا كان لديك وقوع كارثة ، فرحوا

Artinya : “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati. Tapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya”.(HR. Ali Imran:120)
Dengki adalah pangkal dari semua perilaku tercela. Misalnya menggunjing, adu domba, menyebar fitnah. Oleh sebab itu, sifat dengki harus dijauhi karena sifat ini hanya akan membawa manusia terhadap kemelaratan dan rusaknya silaturahim.
Solusi untuk menghindari sifat dengki, di antaranya:
1) Menyadari dan selalu ingat bahwa iri dengki hanya akan menghapus amal baik kita.
2) Menyadari dan senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan.
3) berikhtiyar dan berdoa